Jumat, 18 Maret 2011

karya Ilmiah Sifat 20 Ilmu Laduni"Rahasia Ilmu Dalam Sifat" (Abdul Jabbar Habib)

A.  PENTINGNYA ILMU DALAM RANGKA MENGENAL DIRI

   Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Apabila kita memperhatikan secara seksama dan meneliti, mencermati dan merersapi tentang hakekat kehidupan kita yang sesungguhnya. Untuk apa sebenarnya kita hidup (terlahir kedunia), lalu apa yang kita lakukan selama kita hidup, dan bukankah kita akan mati, lalu bagaimana kehidupan kita nanti setelah mati. Apakah kita sudah menempati jalan yang lurus sebagaimana yang selalu kita baca didalam sembahyang “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus”, atau barangkali kita keliru dan sesat, artinya kita belum mengetahui pasti apakah jalan yang kita tempuh ini benar atau salah. Oleh sebab itu marilah sejak sekarang kita memulai mencari jati diri, mengenali jalan hidup yang kita tempuh agar kita tidak tergolong kedalam golongan orang-orang yang rugi, yang tidak mengenal jalan, dan yang berbuat tanpa ilmu yang jelas (tidak dengan dasar ILMU yang benar). Sesungguhnya Allah maha pengasih lagi maha pengampun.”Apabila kita benar-benar mencari jalan kepada keredoan Allah, niscaya Allah bena-benar akan menunjukkan jalan kepada keredoan-Nya”
   Saudara-saudara seiman yang menginginkan jalan kebenaran. Sesungguhnya terlahir hidup, tersenyum, menangis dan tertawa, lapar dan haus, lega dan keletihan, sehat dan kesakitan, kepanasan dan kedinginan senang atau sengsara, hidup dan kematian dan lain-lain adalah takdir bagi manusia khususnya. hendaklah semua itu tidak lepas dari pengetahuan kita agar kita tidak tersesat dan sia-sia. Pertanyakanlah apa sebenarnya tujuan hidup ini. Apabila kita belum mengatahui sebenarnya tentang tujuan hidup kita, atau hakikat kehidupan ini, maka Allah sudah memerintahkan kepada kita untuk memikirkannya. Dan sudah pula diperintahkan kepada kita untuk menuntut ilmu baik bagi laki-laki maupun perempuan, sebagaiman fungsinya masing-masing.
Sesunmgguhnya ibadah tanpa ilmu itu tidak bernilai, dan ibadah tanpa dasar ilmu yang jelas atau mengada-ada dalam ibadah kepada Allah, itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu tertolak atau sesat, dan setiap kesesatan itu tempat kembalinya adalah neraka. Oleh sebab itu marilah kita mulai semua itu dengan menelitinya kambali, baik tentang ilmunya, tentang amalnya, dan tentang kesempurnaannya. Dan kita mulai dengan mengkaji ilmunya.

 B.    DASAR PEMIKIRAN

Adalah yang sebenarnya bahwa manusia itu dituntut dan diseru untuk beriman dan bertakwa kepada Allah swt, dengan keimanan dan ketakwaan yang sebenar-benarnya (Ikhlash). Ilmu, Iman Dan Amal adalah kesatuan yang utuh. Ilmu yaitu pengetahuan kita yang didasari oleh akal, fikiran dan budi. Dan ilmu ini diturunkan oleh Allah kepada seluruh manusia dan alam ini. Manusia yang selalu berfikir dengan akal terhadap fakta dan kenyataan yang ada, mereka pasti mengenal adanya kekuasaan yang luar biasa yang telah menciptakan alam semesta ini. Dan keyakinan itu yang disebut sebagai iman. kepercayaan yang didasari oleh akal dan fikiran tentang adanya kekuasaan yang maha dahsyat yang mempunya sifat-sifat. Luar biasanya sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan, sangat sulit untuk dijangkau oleh indera, akal dan fikiran manusia. Sehingga menyebabkan mereka mengambil salah satu sifat Tuhan itu untuk dipuja. Jadilah umat itu berpecah belah. Iman islam (iman yang selamat) merangkul semuanya menjadi satu sifat yang mutlak yaitu “Esa Sifat Dan Zat-Nya” sehinga menjadikan semuanya menjadi sempurna kepada penyembahan yang sebenar-benarnya, yaitu menyembah Tuhan yang meliputi segala sesuatu.. Dan Islam mengenal Tuhan itu dengan nama Allah swt
Kesemua bentuk ilmu dan keyakinan terhadap tuhan itulah yang dinamakan iman. Dan Islam menuntun iman itu kepada enam perkara, yang merupakan sendi keyakinan yang tidak boleh kita tinggalkan. Sedangkan islam itu sendiri adalah sendi-sendi hukum, atau tatacara yang mengarahkan manusia dalam merealisasikan imannya. Yang penulis sebut sebagai wadah iman.
Didalam pengenalan kepada Allah itu disebut Tauhid. Yang diklasifikasikan kedalam tiga golongan Tauhid. Tauhid Rububiyah, Tahid Uluhiyah, dan Tauhid Asma’wal sifat. Dan untuk mengejar keselamatan hidup didunia maupun diakhirat, kita mesti mengenal jalannya yang lurus. Jalan yang lurus itu adalah Iman, Islam, dan Ihsan, Beriman, bertakwa dan selamat. Untuk meluruskan keyakinan kita, maka kita perlu menggali ilmunya dari sumber ilmu yang kita imani.

C.  SUMBER ILMU YANG MURNI

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah berfirman dalam kitab-kitab-Nya yang mulia : 
            ....قدجاءكم من الله نوروكتب مبين

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan”

Semoga salawat dan salam terlimpah kepada penghulu para nabi dan rasul, Nabi Muhammad s.a.w. yang telah bersabda

 خيركم من تعلم القران وعلمه

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan yang    mengajarkannya”

Penulis awali dengan seruan “Wahai orang-orang yang ingin terbebas dari segala  mara bahaya dan yang ingin beribadah dengan benar, semoga Allah melimpahkan taufiq-Nya kepada kita. Untuk itu kita harus membekali diri kita dengan ilmu, sebab beribadah tanpa bekal ilmu adalah sia-sia, karna ilmu adalah pangkal dari segala perbuatan”.
Perlu diketahui bahwa ilmu dan ibadah adalah dua matarantai yang saling berkait, Karna pada dasarnya segala yang kita lihat, kita dengar dan kita pelajari adalah untuk ilmu dan ibadah. Dan untuk ilmu dan ibadah itulah Al-Qur’an diturunkan. Juga rasul-rasul dan nabi-nabi diutus oleh Allah hanya untuk ilmu dan beribadah, Bahkan Allah menciptakan langit, bumi dan segenap isinya hanya untuk ilmu dan ibadah.
   Renungkan Firman Allah Dibawah Ini

الله الذى خلق سبع سموت ومن الارض مثلهن يتنزل الامر بينهن لتعلمو

اان الله على كل شىء،وان الله قداحا ط بكل شىءعلما 

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya agar kamu mengetahui bahwasanya Allah maha kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi  segala sesuatu “   
(At-Thalaq :12)
Dengan merenungkan keberadaan langit dan bumi, diharapkan kita akan memperoleh ilmu darinya. Dengan menyimak ayat diatas kiranya sudah cukup menjadi bukti bahwa ilmu itu mulia. Lebih-lebih ilmu Tauhid, Sebab dengannya kita dapat mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya.

Juga renungkan firman Allah dibawah ini :

وما خلقت الجن والانش الاليعبدون

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”              . (Adz-Dzariat :56)

Semakin jelas kini bahwasanya manusia harus memiliki ilmu dan beribadah, dan ilmu adalah lebih utama sebab, ilmu merupakan inti dan petunjuk dalam menjalankan ibadah, bagaimana pula kita menjalankan ibadah jika tidak tau caranya apalagi tidak tau tujuan dan hakekat sebenarnya.
Perhatikan sabda Rasulullah s.a.w berikut :

العلم اما م العمل والعمل تا بعه

 Ilmu adalah imamnya amal, dan amal adalah makmumnya.
(Tulisan diatas adalah Kutipan Karya Imam Al Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin)
Alasan bahwa ilmu adalah inti atau pokok yang harus didahulukan daripada ibadah, ada dua. Pertama, agar berhasil dan benar dalam beribadah. Harus diketahui terlebih dahulu siapa yang harus disembah, baru kemudian kita menyembahnya. Apa jadinya jika kita menyembah, sedangkan yang kita sembah itu belum kita ketahui asma’ dan sifat-sifat dzat-Nya, serta sifat wajib dan mustahil bagi-Nya? Sebab kadang-kadang seseorang menge’tikatkan sesuatu yang tidak layak bagi-Nya, maka ibadah yang demikian itu adalah sia-sia. Yang kedua agar tidak mudah tertipu oleh syaitan.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia. Sehubungan dengan pentingnya ilmu bagi ibadah kita, maka Allah telah menurunkan Al-Qur’an sebagai bimbingan.


الحمدلله الذى انزل عل عبده الكتب ولم يجعل له عوجا , قيما

“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab(Al-Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan didalamnya, sebagai bimbingan yang lurus.”                 (Al-Kahfi :1-2)

Oleh sebab itu hendaklah kita senantiasa mermbaca Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai dasar atau pedoman dalam hidup tentunya dengan berusaha memahami isi bacaan tersebut.

ولقد يسنرنا القرءان للذكر فهل من مدكر

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran”.          (Al-Qomar :17)

   Sudah jelas bagi kita tentang fungsi Al-Qur’an,dan Allah sudah memudahkannya bagi kita yaitu dengan menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa yang jelas (bahasa arab) yaitu bahasa yang paling fasih agar kita mudah memahaminya. Akan tetapi ada saja alasan bagi orang-orang yang kurang mengerti atau lemah keimananya untuk menentang hal ini dengan dalih tidak bisa berbahasa arab. Padahal Allah lebih tau tentang kelemahan kita oleh sebab itu Allah memberikan hidayah kepada orang-orang pilihannya untuk menterjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa kita (bahasa Indonesia) yang dimaksud adalah ulama-ulama tafsir. Buktinya sekarang ada tafsir departemen agama. Akan tetapi kenapa kebanyakan kita tetap membangkang dengan dalih yang lain yaitu bahwa kita tidak boleh sembarangan menafsirkan Al-Qur’an karna bisa berbahaya, Alasan-alasan semacam itu sangat tidak akurat. Yang sebenarnya kita diwajibkan membacanya, dan tahu apa yang kita baca (bisa melalui terjemahannya), ambil yang dapat kita fahami seperti ayat-ayat mukhammat (ayat-ayat yang jelas) yang isinya adalah pokok-pokok ajaran islam. Dan yang tidak bisa kita fahami bertanya kepada ahlinya atau serahkan kepada Allah. Terutama ayat-ayat mutasyabihat. Dan ayat-ayat mutasyabihat ini mesti ditafsirkan dengan teliti tentunya melalui dukungan-dukungan hadist-hadist atau dengan kesepakatan para ahli tajwit atau ahli tafsir dibidangnya.

“Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepada kamu. Diantara(isi)nya ada yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata;”kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semua itu dari sisi Tuhan kami.”dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Ali ‘Imron ; 7)
  
  Saudara-saudaraku yang inginkan kebaikan dalam ibadahnya. Penulis merasa alasan dan fakta diatas, cukup untuk membuka mata hati dan fikiran kita tentang Al-Qur’an yaitu tentang kewajiban membacanya.
        Baiklah agar lebih jelas dan terperinci, penulis akan membagi bahasan ini dalam beberapa  bagian yang berhubungan dengan kewajiban kita (umat islam) terhadap Al-Qur’an yaitu sebagai berikut.(Kewajiban umat islam terhadap Al-Qur’an dalam buku “Keagungan Al-Qur’an Al Karim”.oleh Syekh Mahmud bin Ahmad bin Saleh Al Dosari,Da’I resmi wakaf da’wah dan bimbingan islam Saudi Arabia).
1. Beriman Kepada Al-Qur’an
2. Memelihara dan menjaganya
3. Membacanya
4. Mentadabburi ayat-ayatnya
5. Mengamalkan isinya
6. Menjaga adab tatakrama terhadapnya
7. Menda’wahkan dan menyampaikan pesan-pesannya

1.   Beriman Kepada Al-Qur’an

Sesungguhnya langkah pertama yang harus dilakukan oleh pembaca Al-Qur’an adalah dia mengimaninya terlebih dahulu

ءامن الر سول بمااانزل اليه من ربه , والمؤمنون

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya, demikian pula orang-orang yang beriman”.       (Al-Baqaroh :285)

Dan sesungguhnya iman yang hakiki adalah suatu kepercayaan yang diyakini didalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.Dan apabila seseorang itu sudah beriman kepada Al-Qur’an dengan keimanan yang sebenarnya maka ia akan  selalu membacanya dan dengan bacaan yang sebaik-baiknya pula.
   Sudah pasti apabila ditanya kepada sesorang islam tentang imanya kepada kitab suci Allah itu, merka menjawab bahwa mereka beriman. Dan untuk membuktikan kesungguhan keimanan mereka dapat kita lihat apakah mereka suka membaca Al-Qur’an ?. atau apakah mereka suka mendengarkan bacaan Al-Qur’an ? atau tidak kenal Al-Qur’an sama sekali.

الذين ءاتينهم الكتب يتلونه حق تلاوته , أولئك يومنون به

“Orang-orang yang telah kami berikan Al-kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu telah beriman kepadanya”.        
(Al-Baqaroh :121)

2.Memelihara Dan Menjaganya

Yang dimaksud dengan memelihara dan menjaga kitab Al-Qur’an bukanlah sekedar hanya menyimpan mushabnya dilemari kaca, menyusunnya dengan rapi dirak-rak yang indah, atau mengukirnya dikalung, gelang, atau menghiasinya dengan renda didinding atau dan sebagainya. Akan tetapi arti dari memelihara disini jauh dari pengertian lahiriahnya semata. Melainkan memeliharanya didalam dada, memahami ayat-ayat yang dibaca terbebas dari kelalaian ataupun melampaui batas tidak juga melakukan bid’ah merendahkan dan mengolok-oloknya.
Kewajiban umat islam yang paling asasi terhadap kitab Al-Qur’an adalah memelihara dan menjaganya seperti sabda Rasulullah s.a.w. seperti yang diriwayatkan oleh Thalhah, ia berkata,”Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Abi Aufa, apakah nabi pernah berwasiat?.”Dia menjawab,”Tidak.”Aku berkata.”Tapi telah ditulis wasiat itu untuk manusia, mereka diperintahkan untuk melaksanakan wasiat itu,bagaimana mungkin beliau tidak berwasiat?.”Dia berkata, “Beliau berwasiat (untuk menjaga dan mengamalkan) kitab Allah.”(H.R.Bukhari,3/1619, hadist no;502)

3. Membacanya
              
Telah datang perintah Ilahi, untuk membaca Al-Qur’anul karim di banyak ayat dalam kitab-Nya. Diantaranya firman Allah SWT :


واتل ما أوحى اليك من كتا ب ربك لامبدل لكلمته , ولن تجد من دونه,ملتحد

“Dan bacakanlah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu               (Al-Qur’an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya.” (Al-Kahfi :27)

walaupun secara tekstual perintah ini ditujukan kepada Rasulullah s.a.w, tapi pada saat yang sama perintah-Nya ditujukan pula bagi para pengikutnya. Hal ini diperkuat oleh ayat yang lain :

فا قرء وا ما تيسر منه

“Karna itu bacalah yang mudah bagimu dari Al-Qur’an”  (Al-Muzzammil ; 20)

Allah telah mewajibkan membaca ayat-ayat yang mudah dari Al-Qur’an, baik dalam keadaan sakit maupun dalam keadaan sehat wal’afiat. Dalam keadaan bekerja untuk mencari rejeki apalagi dalam keadaan santai, dalam keadaan perang apakan lagi dalam keadaan damai dan tenang. Firman Allah SWT sebagai berikut :

علم أن سيكومن منكم مرضى وءاخرون فى الارض يبتغون من فضل الله وءاخرون
فى سبيل الله فاقرءواماتيس منه


“Dia mengetahui bahwa akan ada diantaramu orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian kurnia Allah, dan orang-orang yang lain lagi yang berperang dijalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an.”
 (Al-Muzzammil : 20)

4. Mentadabburi Ayat-ayatnya

Substansi dari tilawah Al-Qur’an bukanlah seorang membacanya berulangkali tanpa mengetahui arti yang ia baca. Namun seyogyanya Al-Qur’an itu dibaca dengan tadabbur walaupun sedikit jumlah yang ia baca. Maka yang demikian itu lebih utama daripada orang yang membacanya secara cepat dan tergesa-gesa.
Allah mencela orang yang tidak membuka akal dan hatinya untuk memahami Al-Qur’an; hikmah, nasihat dan syariat-syariatnya.

Allah SWT berfirman :
افلا يتدبرون القرءان أم على قلوب أقفا لها

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka teerkunci ?.”
(Muhammad ; 24)

Banyak ayat-ayat didalam Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa ayat-ayat yang kita baca adalah supaya kita merenungi, mentadabburi, berfikir dan memahami maknanya, seperti firman Allah SWT :

كذ لك يبين الله لكم ءايته, لعلكم تعقلون

“Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat_Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya.”    (Al-Baqaroh; 242)

Saudara-saudaraku yang beriman. Sesungguhnya membaca atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an bukanlah tujuan utama, melainkan ia merupakan sarana yang akan menghantar kepada tujuan. Sesungguhnya orang-orang musyrik dulu juga telah mendengarkan bacaan Al-Qur’an, akan tetapi mereka berlalu begitu saja tanpa pengaruh sedikitpun didalam hati mereka, seperti yang banyak dialami oleh sebagian kaum muslimin saat ini, mereka mendengarkan bacaan Al-Qur’an  bahkan setiap hari membacanya akan tetapi tidak berbekas sama sekali kepadanya. Pendusta tetap dalam kedustaannya, orang yang terbiasa dengan riba tetap dengan aktifitas ribanya, orang yang fasik tetap dengan kefasikannya, orang yang berbuat syirik tetap dengan kesyirikannya, Dan seterusnya. Sesungguhnya hal semacam ini suatu kesalahan yang besar.

5. Mengamalkannya
  
mengamalkan isi ayat Al-Qur’an yang agung itu, merupakan puncak tertinggi dari kewajiban umat islam, itu adalah tujuan yang sebenarnya atas diturunkannya Al-Qur’an.

وهدا كتب انزلنه مبارك فا تبعوه واتقوا لعلكم ترحمون

“Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”  (Al-An’aam ; 155 )

diantara bencana terbesar yang menimpa kaum yahudi, adalah karena mereka mencukupkan diri dengan membaca dan mendengarkan bacaan Taurat tanpa diikuti dengan pengamalan, maka Allah menyerupakan mereka dengan keledai.

مثل الذين حملوا التورـه ثم لم يحملوها كمثل الحماريحمل أسفارا بئس مثل القوم

 الذين كذبوا بئايت الله والله لا يحدىالقوم الظلمي


 “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Turat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amat buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”  (Al-Jum’ah ; 5 )

Berkata Ibnul qoyyim rahimahullah. Perumpamaan ini meskipun ditujukan kepada orang-orang yahudi namun maknanya meluas kepada orang-orang yang telah diturunkan Al-Qur’an dan dia tidak mengacuhkannya dan enggan untuk melaksanakannya.
Dan kebanyakan dari umat islam sekarang terutama didaerah kita mereka mengetahui ilmu tidak dari Al-Qur’an melainkan dari sumber-sumber lain, sedangkan mengenai Al-qur’an, mereka hanya mengenal tilawahnya saja.
   Nabi s.a.w, telah memperingatkan kepada sahabatnya, agar tidak berbuat seperti orang-orang yang datang sesudah mereka, yang membaca Al-Qur’an, tetapi bacaan mereka hanya memenuhi tenggorokan mereka saja, yang hanya sekedar memenuhi lubang suara tanpa pernah mereka memahami atau mengamalkannya.

يخرج في هذه , الأمه - ولم يقل منه ,  قوم تحقرون صلا تكم مع صلا تهم , يقرؤون القران لا

يجا وز حلو قهم , أو حنا جرهم , يمرقون من الذ ين مروق السهم من الرميه



“Akan keluar pada umat ini (Beliau tidak mengatakan dari umat ini), sekumpulan orang yang meremehkan sholat kalian dengan sholat mereka, mereka membaca Al-Qur,an yang tidak melebihi kerongkongannya atau tenggorokannya saja. Teramat cepat mereka keluar dari agama mereka, seperti keluarnya anak panah dari busurnya.”
(H/R Bukhari, 4/2164, hadist no ;6913)

6.Menjaga Adab Tatakrama Terhadapnya

Adab adab tilawah Al-Qur’an ada dua yaitu adab bathiniah dan adab lahiriah. Dalam hal ini akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut :


1.        Adab Bathiniah meliputi

Mengetahui sumber kalam (perkataan)-Nya; demikian akan membimbing kita    untuk    selalu merasai keagungan dan ketinggian kalam yang kita baca serta merasakan karunia Allah dan kasih sayang-Nya terhadap manusia.

Mengagungkan Zat yang telah menurunkan Al-Qur’an, tanamkan dalah diri bahwa yang kita baca adalah bukan perkataan manusia. Melainkan Allah sedang berkata-kata kepada kita.

Menghadirkan hati sewaktu membacanya karna orang yang mengagungkan kalam Allah , dia merasa senag sewaktu membacanya selalu merindukan dan tidak akan melalaikannya.

Memahami isi ayat yang terkandung didalamnya atau mentadabburinya.

Mengondisikan hati sesuai dengan ayat yang dibaca, ayat tentang kiamat mestilah kita merasa takut. Ayat tentang berita gembira tentulah kita senang karna perbuatan kita sesuai dengan perbuatan orang-orang yang akan menerima karunia itu, atau sebaliknya.

Tanamkan perasaan bahwa semua perkataan dalam Al-Qur’an ditujukan kepada dirinya.Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam perkataannya “ jika kamu ingin mengambil manfaat dari Al-Qur’an maka hadirkan hatimu ketika membacanya dan mendengarkannya, buka lebar-lebar telingamu dan rasakanlah seolah-olah Allah berbicara langsung denganmu.

Hadirkan getaran hati dari sir yang memancarkan ketakutan, kesedihan, senang, malu dan sebagainya.

Menjauhkan diri dari dosa-dosa yang dapat menghalangi diri dan hati dari kefahaman tentang Al-Qur’an.

Membuang kesombongan atau bangga diri karna tiada daya dan upaya melainkan hanya kekuatan Allah semata dan ayat yang kita baca adalah ayat dari Allah SWT.

2. Adab Lahiriah

Meluruskan niat. Untuk apa kita membaca AL-Qur’an itu.
Bersuci atau yakin dengan kesucianya baik diri kita maupun tempatnya serta menutup aurat.

Memilih tempat disesuaikan dengan kondisi tertentu yang baik untuk membaca Al-qur’an

Memegang mushab dengan tangan kanan atau dengan kedua tangan atau meletakkannya sejajar atau lebih tinggi dari pusat, kendatipun mushab Al-qur’an hanyalah tulisan-tulisan saja, akan tetapi adab ini termasuk kesopanan mengingat isi kandungan ayatnya adalah pedoman hidup yang mesti kita junjung tinggi.

Membaca Ta’awuzd dan Basmalah,membaca sodakollahul’aziim pada ahir membacanya.

Meletakkan mushab ditempat yang baik, atau menulisnya pada tempat-tempat yang layak dan tidak menjadikan ayat-ayat Allah sebagai penghinaan terhadap Allah, misalnya menggunakan ayat-ayat atau tulisan-tulisannya untuk ajimat atau untuk kezaliman, atau untuk dikalungkan keleher, atau umtuk pelaris dagangan atau untuk penjaga rumah dsb. atau dijadikan bahan senda gurauan dan sebagainya.

Memperindah suara. Artinya kita sudah menghiasi Al-Qur’an dengan suara yng indah. Berhati-hatilah dengan pemahaman ini, jagan sampai keindahan suaramu menjadikan ayat Al-Qur’an menjadi tiada arti lantaran orang yang mendengarkannya lebih cenderung kepada suaramu oleh sebab itu rendahkanlah.

Merendahkan suara dan tidak mencampur adukkan ayat-ayat Allah dengan suatu keharaman seperti musik, mengingat bahwa musik merupakan seruling syaitan, sama halnya dengan merendahkan Ayat suci Al-Qur,an, orang yang mendengar lebih dominan kepada musiknya dan ayat-ayat Allah itu menjadi tiada arti tenggelam oleh seruling-seruling setan.
Perlahan-lahan membacanya dengan tajwit yang benar
Tidak mengabaikannya. Rasulullah pernah mengadu kepada Allah tentang  umatnya yang mengabaikan Al-Qur’an yaitu mereka meninggalkan Al-Qur’an dengan tidak menaati isinya yang agung. Misalnya tentang isinya yang menjelaskan perkara halal dan haram akan tetapi tiada yang mau mengindahkannya.

Tidak memberikan mushabnya kepada orang yang tidak mengerti kesuciannya.

Saudara-saudara kaum muslimin yang dirahmati Allah. Adab lahir dalam membaca Al-Qur’an sangat tdk terbatas,meliputi segala bentuk-bentuk penghormatan secara islami kepada sesuatu yang sangat berharga disertai rasa tunduk dan patuh kepada yang selalu mengawasi yaitu Allah subhanahuwata’ala baik mengenai tatacara atau adab membacanya juga adab terhadap mushabnya..
Demikian secara singkat pengetahuan kita tentang Al-Qur-an mudah-mudahan menambah keyakinan kepada kita semua tentang arti pentingnya Al-Qur’an sebagai pegangan hidup sebagai sumber ilmu mengenal diri dan alam. Yang sudah barang tentu kita harus berpegang teguh kepadanya, jika benar-benar kita hendak beragama, sebab Al-Qur’an adalah benar-benar Kalamullah. Allah SWT akan memberi kefahaman tentang ketauhidan kepada orang-orang yang dia kehendaki. Dan Allah akan menunjukkan jalan kepada orang-orang yang betul-betul mencari jalan kepada keredhoan-Nya.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

terima kasih semoga berguna

Rizky Muans mengatakan...

Asslmualaikum..

ustad, mohon pencerahanny mengenai meditasi dan astral projection (perjalanan astral keluar dari tubuh) .
serta pemahaman tentang cakra dan kundalini .
saya ingin mendalami islam, tp sya malah d hdapkan dan d bngungkan oleh meditasi dalam ajaran buddha .

Terimakasih..

ilmu mengenal diri dan alam mengatakan...

71. sungguh perjalanan alam batin, penuh dengan tipuan, syaitan-syaitan datang bagai malaikat, dan suara-suara ghaib datang mengaku dirinya adalah Tuhan, dan akupun tdk pernah percaya. kecuali satu kalimat itu "Tuhanmu teramat suci".betapa tipisnya sifat godaan, yang ada dialam itu, sehingga hatiku menangis dan bergetar, betapa banyak yang sudah tertipu olehnya, alam yang berwarna warni tak terperi, alam dimana kita dapat melihat butiran udara bagai benang yang terbang, dan kuberi nama alam itu dengan nama alam tanggung. alam jin dan arwah orang mati.aku berusaha melewatinya hingga aku menjadi dua, yang duduk dan berdiri, lalu menjadi empat, depan belakang kiri dan kanan,tiba-tiba semuanya sirna, tapa bentuk rupa, warna dan bau, tanpa rasa dan kata-kata.hingga tidak ada pengetahuan lagi atasnya, apakah aku ada atau tiada,..........dan ketika aku sadar, seribu cerita yang kudapatkan, karena orang mengira aku sudah mati, mati dalam duduk yang tenag. padahal ternyata...aku masih bisa berbicara. dan kuberi nama alam itu..Alam kesejatian rasa

ilmu mengenal diri dan alam mengatakan...

mengenai meditasi dan astral projection


Percakapan dimulai hari ini
03:51
Kiayi Ahmad Faisal Diningrat

Bang doain apa biar bisa mecah rogo/rogo sukmo..
04:15
Abdul Jabbar Habib

rogo sukmo itu bak istilah yang fahamnya susah, kadang kita menyangka rogo sukmo itu seperti didalam film kanuragan, sebenarya kejadiannya tidak seperti itu, lepaskan hayalan itu.. do'a do'a atau wirid wirit itu hanya penghantar saja kepada konsentrasi. getar getaran lafaz zikir itu sebagai perangsang sir. jika ada waktu, duduklah dan tenangkan diri lalu pejamkan mata, kemudian lakukan seolah olah kamu bangun dan berjalan mengelilingi kampung, janga ada bentuk dan rupa kampung yang terlewatkan. ini langkah memberdayakan hayal dan menggugah pusat rekaman dalam memory otak. ini bukan rogo sukmo hanya pengenalan akan hayalan, sebab rogo sukmo, hayalan dan mimpi itu semirip

Allahlah pembimbing yang paling baik, mintalah padaNya apa yang ingin dipinta, ilmu hanya sababiyah agar jalan mudah, sementara keadaan kita dalam tirakat itu sekehendak taqdirnya.

sebenarnya saya tidak fasih dengan istilah itu, mecah rogo atau rogo sukmo/astral projection/cakra dan kundalini

ada juga peristiwa yang saya alami, entah saya pergi atau tidak saya tidak bisa memastikan, waktu itu saya dimekkah, ipar saya meninggal di indonesia. saya diminta megeluarkan besi kuning yang tertanam didaLam tubuhnya. itu sangat mustahil bagi saya. tapi apa salahnya saya coba, saya menyewa rumah kosong dan memulai ritual.. seakan akan tergambar didepan saya keadaan orang disekitar mayat. dan saya melihat besi besi dalam tubuh mayat ada yang berjalan ada yang diam. ia berlangsung sekejap saja, saya sendiri merasa tak percaya. lalu saya ambil HP saya telpon ke indonesia, dan saya katakan tempat besi yang saya lihat. ternyata benar. saya semakin heran. lalu ketika saya pulang keindonesia, saya tanyakan satu persatu orang yang ada disana, tentang posisi duduknya, tentag warna baju yang ia pakai dsb, ternyata benar. dan kejadian ini hanya sekali saja saya alami, sudah berkali kali saya coba dengan tirakat /cara yang sama, tetap tidak bisa

saya berkesimpulan. bahwa bukan saya yang berkuasa berjalan tetapi Allah swt yang memperjalankan diluar kehendak saya...dan saya tidak tau apakah saya benar pergi atau Allah menggambarkan saja pada saya saat itu.

ilmu mengenal diri dan alam mengatakan...

SEKARANG SAYA MENGUPAS CAKRA

jika melihat makna cakra atau apa yang dimaksudkan dengan cakra dalam istilah yang dipaparkan guru made sumantra :Cakra sebenarnya adalah perputaran dan aliran energy yang berbentuk roda atau cakram. Perputaran ini akan menimbulkan pusaran energy. Pusaran enrgy ini akan dialirkan kesetiap organ tubuh melalui nadhi-nadhi yang sangat halus melewati system gland tubuh. Aliran energy Cakra ini akan bertanggungjawab, atas kerja dan fungsi organ-organ dalam tubuh fisik. Kalau dilihat secara mata bhatin, di badan Halus kita terdapat bulatan bercahaya, seperti matahari yang mengeluarkan berkas sinar dengan warna yang berbeda –beda. Bulatan sinar inilah yang disebut Cakra itu

bagi saya boleh boleh saja.
akan tetapi saya lebih percaya dengan penghalaman spritual sendiri. adapun masalah judul atau istilahnya saya ciptakan sendiri.

ketika saya memasuki sebuah suasana dimana kita dapat melihat udara bagai benang halus yang terbang dan antara benang benang itu tiada bersentuhan, warnanya indah sekali tiada terperi (saya istilahkan ia sebagai alam warna warni) itulah warna alam ini,

proses ini terjadi ketika kita sudah mengalami mati jasad. mati jasad adalah istilah yang tidak akan jelas bagi orang yang hanya membaca cerita.. saya terangkan disini bahwa mati jasad itu adalah semutan, tubuh yang semula hangat berangsur menjadi dingin, ia dimulai dari rangsangan alam dan peredaran darah yang mulai lembut. semutan akan terjadi secara serempak diseluruh tubuh yang berbulu, pusat penyatuannya ditulang tsulbi lalu naik ketulang belakang dan tengkuk hingga kekepala, kemudian ada sebentuk sentakan seperti kita baru tersadar dari tidur pulas. mata terpejam atau terbuka itu sama saja.

setelah alam ini kita masuk lagi kealam para jin dan roh orang mati (saya namakan ia alam tanggung) banyak orang tertipu dialam ini, ketika hadir seorang berpakaian serba putih, berjenggot dan bersurban, dia memakai tongkat, wajahnya putih berseri. saya bertanya padanya..siapa engkau. dia menjawab (melalui perkataan bathin) saya adalah orang sholeh yang mati tiga ratus tahun yang lalu. sebab didalam Alqur'an mengatakan bahwa orang mati itu ada dalam genggaman Allah swt dan tidak dapat lagi berbuat amal kepada manusia, saya tidak langsung percaya. saya katakan, apa yang bisa saya dapatkan darimu. dia menjawab, aku adalah orang sakti yang menguiasai pengobatan, jika engkau mau kosongkan dirimu maka aku akan masuk dalam tubuhmu untuk membantu, kau akan menjadi sakti seperti aku.

dikarenakan Rasulullah bersabda, bahwa siksa kubur itu ada mereka menjerit dengan kerasnya, jeritannya didengar oleh seluruh manusia kecuali jin dan manusia, maka saya menguji orang itu

bisakah kau ceritakan padaku tentang alam qubur.
oramg itu marah lalu pergi,

jika benar orang yang meditasi bisa berjumpa roh orang mati,lalu mendapat manfaat pelajaran atau kesaktian darinya, ini sangat bertentangan dengan apa yang ada dalam Alqur'an.

SAYA SEBUT INI ALAM TANGGUNG YANG PENUH TIPUAN.

. alam kesejatian rasa adalah alam pertapa. jasad mati ruhnya raya. sejatinya diri adalah alam, bersatunya tanah, angin, api dan air. pribadi diri adanya fitrah. beribukan bumi berayahkan langit, namun hayal manusia membuat dia kotor, dan berpenyakit.mana mungkin melihat ikan yang berenang didalam air yang keruh. maka jernihkan dahulu airnya. dan kita akan melihat isi samudra yang indah disana.(Abdul Jabbar)

semoga bermanfaat/ alangkah lebih baiknya masuk diFB saya agar lebih mudah memberikan bimbingan

ilmu mengenal diri dan alam mengatakan...

udara yang seperti benang halus yang saya ceritakan tadi, ia tidak saling bersentuhan, warna warninya menggambarkan seakan akan ia adalah api dan air, ia masuk kedalam tubuh, ada yang melalui nafas ada yang melalui pori pori. yang terbesar melalui hidung, lalu ia masuk kepada tubuh bersatu ia dipembuluh jantung, terciptalah enenrgi baru (cash) saya kenal ia sebagai nur, api yang sangat halus,itulah nyawa. seperti sifat pembakaran biasa, ada hasil pembakaran yang langsung keluar ada juga yang masih mengeram dalam usus, selebihnya masuk kedalam syaraf syaraf.
saya benar benar menyaksikannya
jadi barangkali inilah yang disebut cakra.

dalam proses meditasi sebelum tubuh mati. ada sejenis uap atau hawa hasil konsentrasi yang keluar dari tubuh, itu dapat langsung dipraktekkan dengan pemusatan konsentrasi pada suara suara dalam tubuh, yaitu menutup sederhana panca indera zahir kita,

atau dapat dipraktekkan langsung dalam sikap sholat yang benar, tarik nafas dalam dalam lalu keluarkan, konsentrasi dan hilangkan segala bentuk hayal, lalu lemaskan seluruh syaraf yang ada seakan akan tiada daya. lalu tarik nafas seraya mengucap Allaaah seraya mengangkat takbir,seakan akan ini senam yoga, bulu roma akan berdiri tanda sirulllah dalam bentuk penyatuan dengan alam semesta ada.
hal ini jelas lagi apabila kita lakukan disepertiga malam.