Jumat, 15 Juli 2011

karya Ilmiah Sifat 20 Ilmu Laduni"Rahasia Ilmu Dalam Sifat" (Abdul Jabbar Habib)

C.            MENGENAL TAUHID

1. Tauhid
“Awaludin Ma’rifatullah” yaitu awal agama yaitu mengenal Allah.
Tauhid yaitu menjadikan sesuatu menjadi satu. Orang-orang Islam telah mentauhidkan Allah swt, artinya; mereka telah menjadikan sesembahan mereka satu, yaitu Allah SWT. Menurut sebagian ulama bahwa Tauhid yang ada didalam kitab Allah ada tiga macamnya yaitu tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, dan tauhid Asma’ dan sifat.
Tauhid Rububiyah artinya; mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dan perbuatan Allah itu banyak sekali diantaranya; menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, memberi hidayah ……..yang melakukan itu dengan sempurna hanyalah Allah.
Tauhid Uluhiyah atau Ilahiyah yang merupakan bentuk mashdar dari kata اله يأله
yang artinya menyembah dengan penuh rasa cinta dan penghormatan yaitu mentauhidkan Allah dengan segala perbuatan hamba.
Tauhid Asma’ dan Sifat artinya; seorang hamba meyakini bahwa Allah itu esa dalam Asma’ dan sifat-Nya yang tidak ada sesuatupun yang menyerupainya. Dari anggapan ini dapat dimaknakan bahwa isi didalam tauhid itu adalah keimanan, keislaman dan keikhlasan.
            Saudara-saudaraku yang menginginkan berpegang kepada agama yang lurus, yang membawa kita kepada keselamatan dunia dan keselamatan diahirat, marilah kita memurnikan ajaran islam yang kita anut, dengan menjalankan syari’at-syari’atnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Hendaklah segala sesuatu yang menyimpang dari ajaran Islam kita tinggalkan dengan yakin. Marilah sejak sekarang kita menelaah tentang perbuatan kita baik yang bersifat pribadi ataupun kelompok masyarakat (adat istiadat). Khususnya mengenai adat-istiadat yang sering kita lakukan sejak lama mestilah kita teliti kembali tentang kebenaran, tujuan semulanya, sejarahnya dan hubungannya dengan ketauhidan. Dan apabila terdapat kemusyrikan didalamnya, segeralah kita tinggalkan agar Allah SWT tdk menutup hati kita dari kefahaman agama dan ketauhidan.
            Bukankah kita diperintahkan untuk memeluk agama islam. Dan tidak ada perintah mengikuti agama nenek moyang meskipun mereka itu beragama islam. Marilah senantiasa kita belajar dari sumbernya yang asli yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Adapun adat-istiadat adalah merupakan peninggalan nenek moyang kita yang mana mereka lebih tau tentang tujuannya. Sedangkan kita hanyalah mengikuti perbuatanya tetapi jarang bahkan tidak pernah kita melihat apa sebenarnya tujuan mereka melakukan perbuatan itu. Hingga sejauh ini pengamatan penulis, tentang keyakinan kita selama ini terhadap nenek moyang kita, bahwa kita teropsesi terhadap kemampuan ilmu dan kesaktian mereka. sehingga apabila mereka sudah mati, kuburan mereka juga dianggap mengandung berkah dan karomah, bukankah lebih baik kita melihat bagaimana keyakinan (nenek moyang) kita dulu, apa sumber ilmu yang mereka pelajari. Dan jika mereka itu tdk berpegang kepada Al-Qur’an lalu kita akan terus mengikutinya, atau mereka melakukan kemusyrikan, kita juga akan terus mengikutinya.Akan tetapi penulis yakin bahwa nenek moyang kita tidak melakukan kemusyrikan bahkan sebaliknya bahwa merka melawan kemusyrikan dan mereka berpegang kepada tauhid. Sebab penulis sendiri memegang beberapa kitab tauhid dari beberapa orang dari mereka yang penulis teliti berdasarkan tiga unsur ketauhidan yang sudah dituliskan diatas. Kitab yang diteliti seperti kitab tarikah Nakhsabandiyah yang dibawa oleh ulama-ulama melayu nusantara seperti Syeh Khatib Acmad sambas, Syaid Acmad Husin Al-Qadri, Syeh Muhammad Arsyad Al Banjari, H.Yunus alias Sayid Abdullah Alzawawi. Yang penulis tarik dari kitab Opu daeng munir rahumahullah, Kitab ilmu laduni dari Syeh Mansyur madinah Rahimahullah  melalui H.Yunus bersama khatib Acmad Sambas rahimahumullah yang dikarang oleh Kyai Idham Acmad alias Bojek rahimahullah dalam kitab Sya’ir sifat dua puluh ilmu laduni. Yang kesemuanya bersumber dari satu Al-Qur’an dan Hadist. Kendatipun demikian  keyakinan penulis terhadap keyakinan ketauhidan mereka, tetaplah Al-Qur’an dan Sunnah dijadikan sumber utama. Sebagaimana buku yang sedang kita bahas ini.
            Saudara-saudaraku……. Sungguh suatu kesalahan yang besar apabila kita tidak mau mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah apalagi bila kita lebih cenderung kepada adat kebiasaan nenek moyang kita tanpa mau meneliti kebenaranya. Bahkan yang lebih jauh lagi apabila kita menjadikan nenek moyang kita sebagai tempat berserah diri atau memohon perlindungan atau menjadikan arwah mereka sebagai perantara kepada Allah SWT, dan ini jauh daripada harapan mereka itu sendiri. Karna perbuatan ini adalah kemusyrikan yang jelas.Marilah senantiasa kita memerhatikan apa-apa yang bertentangan dengan ketauhidan sehubungan dengan adat kebiasaan yang biasa kita lakukan terutama menyangkut adat melayu, dengan maksud agar pemahaman kita tentang itu lebih mengarah kepada tujuan diadakannya adat itu sendiri dan membuang adat-adat atau kebiasaan yang bertentangan dengan ketauhidan, kemudian ada yang tidak bertentangan dengan ketauhidan, mudah-mudahan kita dapat mempertahankannya jangan sampai berkembang kepada kemusyrikan. Adat kebiasaan itu yang dimasudkan adalah  robo’-robo’, buang-buang telur, mandi perut, tepung tawar, berniat atau bayar niat dikubur keramat, tahlilan kematian atau peringatan hari arwah, ritual meminta berkah kepada roh-roh halus atau pemasangan penangkal setan dan lain-lain. demikian juga dengan petuah-petuah atau ilmu amalan keturunan dsb. Dan masalah ini secara saya terangkan pada buku tersendiri yang berjudul "KEYAQINAN SESAT DIDALAM RITUAL ADAT MELAYU"
Saudaraku yang berpegang kepada ketauhidan. Agar diketahui bila kita sudah membahas tentang ketauhidan maka kita akan teringat kepada lawannya yaitu kemusyrikan.

2. Syirik
Syirik yaitu menjadikan  sekutu bagi Allah SWT dalam Rububiyah, dalam ibadah, atau dalam asma’ dan sifat.

وما خلقت الجن والانس الاليعبدون

“Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku”. (Az-dzariyat ; 56)
ولقد بعثنا في قلي أمه رسولاان اعبدالله وجتنبواالطغوث

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul pada setiap ummat (untuk menyerukan) “Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thoghut.”  (An-Nahl ; 36)

 Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ibadah adalah suatu nama yang mencakup seluruh perkataan dan perbuatan baik lahir maupun bathin yang dicintai dan diridhaoi oleh Allah SWT. Dengan demikian  sesungguhnya setiap ibadah itu berikut unsur-unsurnya harus dilakukan semata-mata karna Allah SWT.

وقضى ربك الا تعبدو الا اياوبالولد ين احسنا

“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (Al-Isra’ ; 23)
           
Melalui ayat ini Allah SWT memerintahkan agar manusia memurnikan peribadatannya untuk Allah semata, ini sama maknanya dengan kalimat tauhidلااله الالله (la ilaha illallah).

واعبدواالله ولا تشركوابه،شيئا

“ Sembahlah Allah, dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”
(An-Nisa ; 36)
Ayat ini menjelaskan larangan seluruh macam syirik meliputi syirik besar (Orangf-orang kafir), syirik kecil (riya’), dan syirik yang tersembunyi (syirik khofiy). Termasuk didalam golongan syirik ini yaitu mensekutukan-Nya dengan malaikat, Nabi, orang saleh, batu, ataupun jin, karena semuanya termasuk dalam kata “sesuatu”.
            Perlu hendaknya untuk diketahui bahwa apabila kita hendak bertauhid atau menginginkan keredhoan Allah SWT, maka takutlah kepada terjerumus kedalam kemusyrikan, karna banyak macam hal yang dapat mengeluarkan seseorang dari keislamannya tanpa dia sadari karena tidak ada ilmu pengetahuannya tentang ketauhidan. Syirik adalah musuh besar dalam bertauhid. Mari perhatikan makna dari kalimat syahadat berikut :
Pertama meyakini apa yang diucapkan, sedangkan syarat meyekininya mesti dengan iman dan ilmu.
Kedua mengucapkannya dengan sungguh-sungguh dengan keyakinan lahir dan batin.
Ketiga memberitahukannya kepada orang lain , setelah ia ikrarkan dengan lisannya..
Jadi makna dari saya bersyahadat ialah saya meyakininya, saya mengucapkannya, dan saya memberitahukannya kepada orang lain. Adapun penjelasan sebenarnya dari makna   لا ا له الا الله adlah sebagai berikut :
Kata لا yang berati tidak, yang menafikan sifat ketuhanan dari siapapun kecuali Allah SWT.
Dan kata    الا  berarti kecuali yang jauh sesudah nafi membuat kalimat ini bermakna hasr (pembatasan / hanya), dengan demikian kalimat ini menjadi “hanya Allah Tuhan yang sebenarnya.”
Kata  اله  yang berarti sesuatu yang disembah.jadi makna kata ini adalah “tiada yang berhak disembah selain Allah”, karena sembahan manusia sangatlah banyak, tetapi semuanya adalah sembahan yang batil dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kebenaran. Inilah makna sesungguhnya dari kalimat لااله الاالله yang difahami oleh orang arab.
            Adapun jenis-jenis kemusyrikan sebagai berikut :
1.     Syirik besar yaitu orang-orang yang nyata penyembahanya selain kepada Allah SWT. Misalnya orang-orang kafir (orang yang beragama selain islam). Mereka menyembah, manusia (nabi), dewa, malaikat, jin, syaitan, batu, kayu, matahari, Bulan, hewan, angin, api dan sebagainya. Atau orang yang tidak beriman kepada adanya kekuasaan Allah (orang yang tidak beragama), Atau orang-orang yang melakukan dengan terang-terangan penyembahan melalui perantara mahluk-Nya, atau orang-orang yang memasrahkan diri kepada selain Allah SWT yaitu dengan menghadapkan hatinya seperti kepada Malaikat, orang saleh, jin dan sebagainya. Sesungguhnya Allah itu tidak ada syarikat (yang serupa dengannya), tidak membutuhkan bantuan siapapun tidak juga mempunyai, anak, sahabat, atau sebagainya, atau tidak membutuhkan bantuan siapapun.Allah itu Esa selain daripadanya adalah mahluk-Nya. Dalil yang dekat dengan akal dan dapat dgn cepat kita fikirkan yaitu bahwa islam mengajarkan Sholat sebagai pembeda antara muslim dan kafir. Bagi yang mengerti dan belajar tentang sholat, maka akan lebih mengerti bahwa sesungguhnya sholat itu adalah mi’raz, yaitu berinteraks langsung kepada Allah SWT, tanpa ada perantara. Akan tetapi dengan keberadaan bid’ah atau orang yang menggabungkan ibadah sholat dengan bid’ah, akan sulit membedakan yang mana kafir dan tidak. Sebab terkadang orang itu islam akan tetapi hatinya kafir, juga termasuk kafir besar. Keluarkan bid’ah kemudian lihat Tatacara, maksud dan makna serta isinya sholat, maka akan terlihat bahwa sholat yang merupakan tiang islam adalah penyerahan diri secara totalitas kepada Allah swt dan ini tidak dimiliki oleh selain agama islam. Dan islam juga memerintahkan berdo’alah kepada Allah Niscaya Allah SWT akan mengabulkan. Sesungguhnya Allah itu dekat, Pandang dan kenallah Allah itu dengan Ilmu mudah-mudahan Allah memberi petunjuk.
2.     Syirik kecil atau yaitu riya’ maksudnya beribadah tidak semata-mata karena Allah atau beribadah dengan mengharapkan sesuatu selain daripada keredhoan Allah SWT. Tentang ini harus dan tidak boleh tidak mesti kita mengetahuinya sebab syirik ini yang paling ditakuti oleh Rasulullah saw. Akibatnya sangat fatal, yang tidak bisa diampuni, dan itu banyak diabaikan oleh kebanyakan manusia. Oleh sebab itu Nabi Muhammad saw sangat menghawatirkan hal ini terjadi pada umat beliau. Sesuatu perbuatan sepele seperti memakaikan gelang hitam ditangan anak-anak dengan tujuan menangkal bahaya dan penolak bala justru dapat membawa kepada syirik besar. Islam itu agama tauhid, apabila seseorang mengerjakan perbuatan syirik meskipun syirik kecil, bisa menyebabkan hilangnya kesempurnaan tauhid. Tauhid itu bisa sempurna apabila seseorang itu terbebas dari  bentuk syirik. Sehubungan dengan syirik kecil ini penulis akan jelaskan bahwa jimat, berupa gelang, kalung, cincin dan sebagainya adalah termasuk sirik kecil yang berbahaya. Seperti contoh “diriwayatkan oleh Imron Bin Husain, sesungguhnya Rasulullah melihat seorang laki-laki memakai gelang yang terbuat dari kuningan, kemudian beliau bertanya “apakah itu ? orang laki-laki itu menjawab: ini gelang penangkal penyakit, lalu Nabi bersabda:”lepaskan gelang itu, karena sesungguhnya ia tidak menambah kecuali kelemahan, dan jika kamu mati sedangkan gelang ini masih ada pada tubuhmu maka kau tidak akan beruntung selama-lamanya.” Maksud Rasulullah tentang “ia atidak akan menambah kecuali kelemahan” adalah ; sekalipun ia bisa memberikan efek(pengaruh) hanya ia akan merusak badan, ruh serta jiwa. Ruh dan jiwa akan melemah dalam menghadapi penyakit tersebut dan kenyataan ini yang melanda orang yang berbuata syirik, pindah dari satu kerusakan kepada kerusakan yang lain. Adapun sabda beliau yang terahir “Engkau tidak akan bahagia selama-lamanya” itu ada dua kemungkinan yang dinafikan. Pertama. Dia akan masuk neraka karena kebahagiaan yang mutlak yaitu mendapatkan surga. Ini terjadi bagi orang yang melakukan syirik besar yaitu meyakini bahwa gelang tembaga itu dapat memnberikan manfaat dengan sendirinya. Kedua. Yang dinafikan hanyalah sebagian kebahagiaan, hal ini terjadi bila sipemakai gelang tersebut menganggap gelang itu hanya sebagai sebab, ini termasuk dalam syirik kecil, karna ia telah menjadikan sebab yang tidak baik secara syar’I maupun kauni. Diriwayatkan oleh imam Ahmad dari Uqbah bin Amir, rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang menggantungkan tamimah maka Allah tidak akan mengabulkan harapannya, dan barangsiapa yang menggantungkan wada’ah maka Allah tidak akan memberikan ketenangan kepadanya”. Dan pada riwayat yang lain Rasul bersabda : “barangsiapa yang menggantungkan tamimah maka ia telah berbuat kemusyrikan.”
Tamimah berarti sesuatu yang digantungkan didada derngan meyakini bahwa benda tersebut bisa menyempurnakan(menyelesaikan) setiap perso’alanya, maka rasulullah mendo’akan sebaliknya. Sedangkan Wada’ah adalah azimat yang dikalungkan dilengannya dengan meyakini bahwa benda tersebut bisa memberikan ketenangan dan kenyamanan, maka rasulullah mendo’akan sebaliknya. Kemudian diriwayatkan oleh Abi Hatim Dari Hudzaifah bahwa ia melihat melihat seorang laki-laki yang ditangannya terdapat gelang yang dipakai dengan tujuan menyembuhkan penyakit panas, lalu iapun memotong gelang itu dengan membaca Firman Allah SWT :

وما يؤ من اكثر هم با لله الا وهم مشركون

“Dan sebagian besar dari mereka tidak berman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain).” 
(Yusuf ; 106)

3.         Syirik yang samar (Khofiy) yang lebih besar pengertianya adalah syirik batin seperti syiriknya orang-orang munafik, orang-orang yang mendustakan agama. Dan ada juga yang memasrahkan diri (bertawakkal) kepada para ulama, sehinnga hatinya cendrung dan yakin pada berkah ulama tersebut, bahkan setiap perkataan ulama menjadi tauladan baginya tanpa ilmu akibatnya apabila ulama itu adalah ulama yang berjalan diatas kemunafikkan maka dia akan tersesat. Akan tetapi apabila dikatakan kepadanya taatlah hanya kepada Allah dan rasul dan ulul’amri mingkum, mereka menjawab taat kepada ulul’amri itu adalah taat kepada ulama. Padahal penafsirannya adalah pemimpin yaitu hukum negara(sehubungan bahwa kita hidup dalam tatanegara). Sementara taat kepada ulama’ dianggap sebagai taat pada agama. Hal ini salah taatlah kepada Hukum-hukum Al-qur’an yang diajarkan oleh para ulama’.Adapula orang orang yang meyakini berkah dari mayit atau orang yang sudah mati, sholat dan berdo’a kepada Allah mohon perlindungan akan tetapi merasa afdhol bila berdo’a didekat atau di kubur tersebut. Selain itu adapula orang yang mencintai sesuatu seperti anak, istri kedudukan atau harta dan sebagainya sehingga menyebabkan ia meninggalkan hukum-hukum Allah SWT (menyembah tuhan-tuhan yang lain yaitu seperti kepuasan nafsu duniawi). itu semua termasuk juga syirik besar, akan tetapi bersifat syirik batin dan bukan syirik yang jelas.
(Untuk lebih jelasnya pelajari kitab-kitab tauhid yang mengupas hal-hal yang bersifat kemusyrikan, karna penulis tidak dapat menjelaskan secara terperinci mengenai syirik ini hanya sekedar memberikan pemahaman sebagai awal ilmu mengenal tauhid) Pada dasarnya syirik itu adalah satu yaitu menyekutukan Allah SWT. Hanya sifat dan bentuknya berbeda-beda ada yang jelas kemusyrikannya, ada yang bersifat sesuatu yang mendekati  atau yang berbahaya yang beresiko pada terjerumusnya seseorang kepada kemusyrikan  dan ada juga yang tidak kelihatan seperti orang-orang munafik dan sebagainya.

ان ابر حيم كان أمه قا نتا لله حنيفا ولم يك من المشركين

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh pada Allah dan Hanif (Berpegang teguh pada kebenaran), dan sekali-kali ia bukanlah  termasuk orang-orang yang mempersekutukan (tuhan)”  (An-Nahl : 120)

انالله لا يغفر أ يشرك به , ويغفرمادون ذ تك لمن يشاء

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain  dari syirik  itu, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.”    (An-Nisa : 48)

Tidak ada komentar: